Know thy-self! Kenalilah diri anda sendiri, demikian pernyataan
Socrates seorang filsuf Yunani klasik. Agar seseorang dapat mengaktualisasikan
dirinya, apalagi untuk meraih keberhasilan dalam mencapai sebuah cita-cita.
Demikian juga hal-hal yang harus kita ambil dalam melakukan kebijakan strategis
dalam membangun sebuh bangsa. Hari kebangkitan nasional yang seyogiyanya
dilakukan setiap tanggal 20 Mei menjadi momentum sejarah dalam memperbaiki sebuah
bangsa. Bangkitnya kembali sebuah bangsa yang telah kehilangan identitasnya
tiga setengah abad lamanya adalah suatu proses. Proses itu biasanya dimulai
dengan munculnya sebuah kesadaran bersama harga diri, kemudian mulai mencari
siapakah dia sebenarnya, menyadari bahwa di telah diperlukan sewenang-wenang,
dihina dan ditindas. Untuk memperolah kembali martabat Indonesia harus sadar
bahwa segala sesuatunya harus ditempuh dengan segala perjuangan yang gigih
bahkan mengorbankan darah dan nyawa. Sebenarnya bangsa ini memiliki perasaan
sebagai bangsa yang mempunyai martabat. Jadi untuk masalah nasionalisme bangsa
ini, tidak ada masalah. Yang menjadi masalah adalah apa yang hendak kita
perbuat untuk bangsa ini. Sabab, saat ini ada dua faktor yang sama sekali tidak
nampak pada bangsa ini, yaitu kejujuran dan keterbukaan.
Masyarakat sendiri juga yang salah, sebab mereka menyerahkan begitu saja
permasalahan bangsa ini pada birokrat. Kita merasa bahwa pemerintah itu sudah
paling tahu. Kita menyimpang dengan yang dinyatakan oleh ahli perang Prusia,
von Clausewitz bahwa perang terlalu penting untuk diserahkan pada seorang
jenderal saja. Kita juga seperti itu, pembangunan terlalu penting untuk
dilakukan oleh para birokrat saja. Seharusnya pembangunan itu dipimpin sendiri
oleh masyarakat, melalui pembahasan-pembahasan, diskusi dan sebagainya.
Tantangan
Kebangsaan
Tantangan kita
sekarang ini adalah globalisasi. Globalisasi terjadi karena pada akhir abad 21
dimana teknologi dan komunikasi berkembang begitu cepat. Bahkan dikatakan bahwa
era globalisasi disebut juga dengan the end of the nation state. Manusia
bebas berhubungan satu dengan yang lain. Batas-batas teritori negara tidak lagi
mampu menghalangi komunikasi global. Bahkan kekuasaan negara seperti kehilangan
dayanya untuk memproteksionis, menguasai dan mengawasi warga negaranya. Dunia
boleh dikatakan mengalami pancaroba. Perubahan besar-besaran dan fundamental
melanda dunia, melingkupi bukan hanya bangunan negara tetapi juga orang-orang
yang ada didalamnya. Arti sebuah kemerdekaan dari apa yang dikatakan oleh Bung
Karno, “bukanlah tujuan tetapi jembatan emas untuk mencapai kesejahteraan
sosial” dengan maksud yang penting memberikan kontribusi kepada semangat
kebangsaan daripada sekedar mendapat nama dan kehormatan semata. Dalam 104
tahun Kebangkitan Nasional Indonesia sebagai negara dan bangsa masih jauh dari
keberhasilan memaknai Kebangkitan Nasional dan mengisi kemerdekaannya yaitu:
masyarakat yang bersatu, berdaulat, berkebangsaan, adil, dan makmur. Biaya
pendidikan sekarang amat mahal dan sulit untuk dijangkau oleh masyarakat bawah.
Pendidikan hanya menjadi alat untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya
oleh para stakeholder. Dinegara kapitalis seperti Amerika,
pendidikan untuk rakyat tetap disediakan. Di kebanyakan negara Eropa pendidikan
dasar (elementary school) hingga pendidikan tinggi gratis. Di Jepang, Malaysia,
Korea dan Singapura pada umumnya mereka sekolah ke luar negeri untuk belajar.
Ketika selesai menempuh pendidikan menjadi motor penggerak perubahan di
negaranya sendiri. Sebenarnya penyelesaian atas problema diatas menuntut
perlunya ditegakkan kejujuran (truthfullness) dan keadilan (justice).
Tuntutan-tuntutan ini bukan barang baru. Termasuk dalam tuntutan ini
adalah transparansi dan keterbukaan dalam proses menegakkan kejujuran dan
keadilan tersebut. Selama tuntutan-tuntutan itu tidak terwujud, dibawah
pemerintahan apapun maka akan timbul pergolakan-pergolakan yang terus terjadi.
Peranan
Kaum Muda
Peranan kaum muda
sangat diperlukan dalam melakukan akselerasi dalam mengatasi persoalan
kebangsaan karena sejatinya anak muda cenderung mempunyai semangat perubahan.
Pemikir filsafat AN Whitehead mengatakan bahawa yang pasti dalam proses
kehidupan manusia dan bangsa adalah perubahan (change). Hanya
saja perubahan itu ada yang berjalan ke arah yang baik dan maju (progresif) dan
juga perubahan yang justru merupakan kemunduran (retrogresif). Kemana perubahan
akan bergerak sangat bergantung pada dua hal yaitu ideologi yang menjadi arah
perjalanan suatu bangsa dan kepemimpinan yang menjaga ideologi dan kepentingan
nasional bangsa itu sendiri. Dipermukaan secara simbolik dan prosedural bangsa
ini mengalami kemajuan luar biasa. Angka pertumbuhan ekonomi bisa dijaga pada
level yang stabail. Demokrasi modern bisa dilaksanakan dengan baik.
Simbol-simbol peradaban modern juga dikonsumsi dalam gaya hidup masyarakat.
Namun secara kultural, moral, nilai-nilai, dan spiritualitas bangsa ini sedang
mengalami kemunduran luar biasa seperti krisis kepemimpinan dan ideologi.
Ideologi seperti apa yang dikatakan oleh William R Liddle menghasilkan suatu
realitas peta sosial yang bisa membedakan penyebab penting perilaku manusia
dari yang tidak penting, bagaimana masa lalu bisa membentuk masa kini dan
bagaimana masa kini akan membentuk masa depan. Ideologi juga memberikan arah
tindakan yang dirancang untuk mencapai masa depan yang di inginkan.
Ketidakjelasan arah pembangunan suatu bangsa, carut-marut implementasi
kebijakan ekonomi, dan tidak jelasnya arah pelembagaan politik seharusnya
merupakan cermin dari suatu krisis idiologi yang sedang terjadi, seperti di
Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Jika situasi demikian terus berlanjut
maka proses menuju negara gagal (failed state) tidak bisa
terbendung. Beberapa sarjana Barat seperti Daniel Bell, Seymour Martin Lipset,
Edward Shils dan Raymond Aron memang telah mengkampanyekan berakhirnya
ideologi (the end of ideology).Perbincangan tentang ideologi
dianggap telah selesai dan usang. Kemudian, dengan melihat peranan kaum muda
sekarang menjadi momentum yang sangat penting dalam mengisi krisis kepemimpinan
nasional. Brander mengatakan dalam bukunya The Staring Into Chaos:
Exploration In The Decline of Werstern Civilization bahwa perubahan
peradaban selalu digerakkan oleh seseorang atau kelompok minoritas saja yang
memiliki kreativitas dan kharisma yang luar biasa. Dengan demikian masalah
kepemimpinan nasional tidak bisa dipisahkan oleh kaum modal dalam kacah politik
nasional. Dengan keterlibatan dan kepeloporan kaum muda akan menghasilan
terobosan-terobosan baru dalam mengatasi persoalan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar